Tuesday, September 8, 2009

:: jalan mencari taqwa::

MERAIH TAQWA DENGAN IBADAH RAMADHAN


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”

(SURAH Al-Baqarah: 183).

Itqa dan taqwa maknanya adalah menjauhi. Dan taqwallah artinya menjauhi kemarahan dan murka Allah SWT. serta meninggalkan apa yang membuat kemarahan Allah SWT. Dengan demikian, taqwa harus diwujudkan dengan melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Taqwa dasarnya adalah takut kepada Allah SWT. yang merupakan perbuatan hati. Hal ini dijelaskan Allah SWT. dalam firman-Nya,


“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi`ar-syi`ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati”

(SURAH Al-Hajj: 32).


Rasulullah SAW. juga menegaskan,


“Taqwa itu ada di sini”. Beliau mengulanginya sampai tiga kali sambil menunjuk ke dada beliau.

(HADITH RIWAYAT Muslim dari Abu Hurairah).


Ini bererti taqwa berada di dalam hati.

Para salafus soleh mendefinisikan taqwa dengan sebuah ungkapan, “Mentaati Allah dan tidak maksiat, selalu berdzikir dan tidak lupa, senantiasa bersyukur dan tidak kufur.” Sifat taqwa senantiasa melekat pada seorang yang mukmin selama ia meninggalkan hal-hal yang sebenarnya halal, kerana khawatir jatuh ke dalam yang haram.

Nilai-nilai ketaqwaan tidak dapat tertanam dan buahnya tidak dapat dipetik, kecuali jika Seorang Muslim memiliki pengetahuan tentang agama Allah yang menuntut dirinya mencapai derajat muttaqin. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT. dalam firman-Nya,

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba- Nya, hanyalah ulama”

(SURAH Fathir: 28).

Mengapa demikian? Kerana orang yang tidak berilmu tidak tahu apa saja yang wajib dikerjakan dan apa saja yang harus ditinggalkannya. Itulah sebabnya mengapa menuntut ilmu merupakan ibadah yang utama, jalan yang menghubungkan ke surga dan menjadi tanda bahawa seseorang mempunyai keinginan baik.

Taqwa adalah wasiat dari Allah SWT. Dalam firman-Nya,


“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”

(SURAH Ali Imran: 102).

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda,


“Bertaqwalah kalian kepada Allah di mana pun kamu berada. Dan ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan. Dan perlakukanlah manusia itu dengan akhlak terpuji”

(HADITH RIWAYAT Tirmidzi).

Taqwa menjadi wasiat abadi kerana mengandungi kebaikan dan manfaat yang sangat besar bagi terwujudnya kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Taqwa merupakan kumpulan dari semua kebaikan dan pencegah segala kejahatan. Dengan taqwa, seorang mukmin akan mendapatkan sokongan dan pertolongan dari Allah SWT.



إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”

(SURAH An-Nahl: 128).

Perintah untuk mencapai derajat taqwa kemudian dilanjutkan dengan penjelasan lebih luas tentang cara-cara untuk mencapainya dalam sebuah firman Allah SWT., yang bermaksud;


“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa”

(SURAH Al-Baqarah: 21).

Ibadah yang dimaksud dalam ayat ini masih dalam bentuk luas, mencakup ibadah wajib dan ibadah sunnah. Ibadah wajib terdiri dari solat, puasa, zakat, dan haji, ditambah dengan kewajiban-kewajiban masyarakat yang diperintahkan oleh Al-Qur`an, seperti berbuat baik kepada orangtua, kerabat, yatim, orang-orang miskin, tetangga, teman dekat, dan musafir. Sedangkan yang termasuk ibadah sunnah misalnya berdzikir kepada Allah SWT., berdoa kepada-Nya, memohon ampun kepada-Nya, dan membaca Al-Qur`an. Ibadah-ibadah tersebut semuanya dipersiapkan untuk membentuk setiap Muslim menjadi insan bertaqwa.

Antara kewajiban-kewajiban ibadah yang diperintahkan tersebut, secara lebih khusus, Allah SWT. menekankan pada perintah puasa sebagai saranan pembentukan insan bertaqwa, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”

(SURAH Al-Baqarah: 183).

Dan hadith yang bermaksud;


“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memberinya pengetahuan (pemahaman) tentang agama”

(Muttafaqun ‘alaih).


Berdasarkan hadits di atas, taqwa merupakan perpaduan aktif antara ilmu dan ketaatan. Ilmu akan meningkatkan ketaatan kepada Allah, dan ketaatan akan menambah motivasi untuk meningkatkan ilmu.

Mengapa puasa Ramadhan diarahkan oleh Allah untuk menjadi jalan untuk mencapai derajat taqwa? Ia adalah kerana di dalam bulan Ramadhan terkumpul hampir semua bentuk peribadatan. Selain puasa, ada solat Tarawih, solat Witir, tilawatil Qur`an, berbincang tentang Islam, zakat, infaq, sadaqah, dan i’tikaf. Selain itu, balasan pahala di bulan Ramadhan juga dilipatgandakan untuk merangsang umat Islam meningkatkan amal solehnya. Oleh kerana itu, mari kita sambut kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh kerinduan dan suka cita. Siapkan diri kita untuk meraih rahmat, maghfirah, dan pembebasan dari siksa neraka.


credit to:
AJK Pelaksana Ihya` Ramadhan 1430H/2009M
~Ramadhan Akademi Ketaqwaan~

No comments:

Post a Comment